Sabtu, 16 Maret 2013

8 Cara Melihat Karakter Seseorang dari Tanda Tangan

1. Satu Garis Di Bawah Tanda Tangan
Mempunyai keyakinan yang tinggi dan personaliti yang baik. Namun, bersifat kikir mereka juga percaya kepada kebahagiaan dalam kehidupan manusia.
2. Dua Titik Di Bawah Tanda Tangan
Mereka boleh dikatakan berjiwa romantis. Mudah ganti pasangan seperti menukar baju. Memilih orang yang memiliki kecantikan dan mereka sendiri berusaha untuk kelihatan menarik dan mereka ini juga mudah menarik perhatian orang lain.
3. Satu Titik Di Bawah Tanda Tangan
Lebih cenderung kepada seni klasik serta perkara yang mudah dan tenang. Jika orang lain yang telah hilang kepercayaan kepada anda, anda tidak akan sesekali kembali kepada mereka dan ini menunjukkan mereka seorang yang tetap pendirian.
4. Tiada Garis atau Titik Di Bawah Tanda Tangan
Mereka ini selalu senang hidup dalam dunia sendiri dan mereka juga jarang mau mendengar pendapat orang lain.Mereka ini boleh di kategorikan sebagai pencinta alam tetapi mereka juga mempunyai sifat agak kikir.
5. Tiada Persamaan Antara Nama dan Tanda Tangan
Maksudnya tanda tangan mereka tidak menonjolkan nama mereka. Golongan ini mencoba untuk kelihatan bergaya, suka menyembunyikan sesuatu. Mereka jarang untuk berterus terang tetapi mereka merupakan pendengar yang baik dan senantiasa memberi perhatian tentang apa yang orang lain sedang katakan.
6. Ada Persamaan Antara Nama dan Tanda Tangan
Mereka ini berkeinginan untuk menjadi bijak tetapi mereka tidak pernah berpikir. Mereka ini tidak konsisten, dan selalu menukar ide atau pandangan sendiri seperti angin. Golongan ini tidak pernah berpikir baik buruk tentang sesuatu perkara. Biasanya, orang lain bisa mengambil hati mereka dengan hanya memuji.
7. Tanda Tangan dengan Huruf Yang Tidak Bersambung
Mereka ini sangat baik terhadap orang lain. Mempunyai hati yang baik, tidak mementingkan diri dan siap berkorban untuk kepentingan dan kebahagiaan orang yang di sayangi. Tapi apabila terlalu banyak perkara yang mereka pikirkan, ini menyebabkan mereka akan cepat tersinggung.
 
8. Tanda Tangan yang Lengkap Seperti Nama
Mereka sangat baik hati dan bisa menyesuaikan diri dengan suasana apa saja dan siapa saja yang mereka temui. Golongan ini juga sangat teguh pendirian serta pendapat dan memiliki keinginan yang sangat kuat dalam mendapatkan sesuatu

Minggu, 10 Maret 2013

My Queen_Papa Love Queen

Saat ini putri kecil papa berusia 9 ( sembilan ) bulan, belum banyak yang papa bisa lakukan untuk Queen. Semoga dihari - hari kedepannya Tuhan memberikan kemudahan, kesejahtraan, sukacita, dan kesehatan untuk seluruh keluarga kita. Semoga Queen semakin pinter, selalu sehat, tetep cantik, tidak kurang satu apapun, cepet bisa bicara ( baru bisa bilang "maa, paa, neek, mamam, eng, apa, ) cepet bisa jalan biar bisa ikut papa klo pergi2. Papa Love Queen.



Sabtu, 02 Februari 2013

Pasukan Hantu Dari Kalimantan yang Ditakuti oleh Belanda

Pada zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru.


Penyebab yang membuat pihak penjajah gentar itu adalah anak sumpit yang beracun. Sebelum berangkat ke medan laga, prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, mereka beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut damek.

"Makanya, tak heran penjajah Belanda bilang, menghadapi prajurit Dayak itu seperti melawan hantu," tutur Pembina Komunitas Tarantang Petak Belanga, Chendana Putra, di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.


Tanpa tahu keberadaan lawannya, tiba-tiba saja satu per satu serdadu Belanda terkapar, membuat sisa rekannya yang masih hidup lari terbirit-birit. Kalaupun sempat membalas dengan tembakan, dampak timah panas ternyata jauh tak seimbang dengan dahsyatnya anak sumpit beracun.

Tak sampai lima menit setelah tertancap anak sumpit pada bagian tubuh mana pun, para serdadu Belanda yang awalnya kejang-kajang akan tewas. Bahkan, bisa jadi dalam hitungan detik mereka sudah tak bernyawa. Sementara, jika prajurit Dayak tertembak dan bukan pada bagian yang penting, peluru tinggal dikeluarkan. Setelah dirawat beberapa minggu, mereka pun siap berperang kembali.

Penguasaan medan yang dimiliki prajurit Dayak sebagai warga setempat tentu amat mendukung pergerakan mereka di hutan rimba.


"Karena itu, pengaruh penjajahan Belanda di Kalimantan umumnya hanya terkonsentrasi di kota-kota besar tapi tak menyentuh hingga pedalaman," kata Chendana.

Tak hanya di medan pertempuran, sumpit tak kalah ampuhnya ketika digunakan untuk berburu. Hewan-hewan besar akan ambruk dalam waktu singkat. Rusa, biawak, atau babi hutan tak akan bisa lari jauh. "Apalagi, tupai, ayam hutan, atau monyet, lebih cepat lagi," katanya.

Bagian tubuh yang terkena anak sumpit hanya perlu dibuang sedikit karena rasanya pahit. Uniknya, hewan tersebut aman jika dimakan. "Mereka yang mengonsumsi daging buruan tak akan sakit atau keracunan," kata Chendana.

Baik hewan maupun manusia, setelah tertancap anak sumpit hanya bisa berlari sambil terkencing-kencing.

"Bukan sekadar istilah, dampak itu memang nyata secara harfiah. Orang atau binatang yang kena anak sumpit, biasanya kejang-kejang sambil mengeluarkan kotoran atau air seni sebelum tewas," tambah Chendana.
 

Kamis, 31 Januari 2013

Pemecah Batu

Ada seorang anak muda yang bermimpi menjadi orang sukses, karena itu ia meninggalkan kampung halamannya dan merantau hingga jauh di negeri orang.
Ia tiba di negeri yang jauh, kehabisan uang dan ia tidak mengenal seorang pun di negeri asing itu. Namun ia tidak berputus asa dan tidak mencampakkan mimpinya untuk mencapai suses mulia. Dengan sikap seperti itu ia teringat pembicaraan yang didengarnya dari sesama penumpang kapal laut, bahwa Perdana Menteri negeri ini sangat memperhatikan orang-orang muda yang ingin maju dan sukses.
Maka pergilah anak muda ini menemui Perdana Menteri. Ternyata di aula kediaman Perdana Menteri telah dipenuhi orang-orang yang datang meminta pekerjaan seperti dirinya.
Tak lama kemudian seorang pegawai Perdana Menteri menemui mereka dan menjelaskan pekerjaan yang tersedia saat itu hanya pekerjaan yang tidak penting, di antaranya pembantu di dapur, bagian kebersihan, perawat kuda dan pemecah batu.
Pemuda itu mendapatkan pekerjaan sebagai pemecah batu.

Keesokan harinya bersama sejumlah pemecah batu lain ia berangkat ke pebukitan yang jauh. Di sana mereka ditunjukkan batu yang besar-besar dan masing-masing diberikan tugas memecah batu itu hingga menjadi batu-batu kecil untuk bahan membangun istana raja.
"Masing-masing pekerja harus memecahkan satu bongkah batu raksasa ini. Kalian akan diberi makan tiga kali sehari dan tempat bermalam, tapi upah sepuluh tail hanya diberikan kepada yang telah menyelesaikan pekerjaannya akhir bulan nanti." Demikian pegawai Perdana Menteri memberikan penjelasan. Setelah itu ia meninggalkan orang-orang itu untuk melaksanakan tugasnya.
Hari pertama para pemecah batu bekerja dengan semangat. Hari kedua hingga hari ketujuh mereka masih semangat dan menertawakan anggota rombongan sebelumnya yang sudah loyo dan mendumel panjang lebar. Memasuki minggu kedua mereka sendiri pun ikut berkeluh-kesah dan bekerja tanpa semangat.

Hari berlalu tanpa terasa sebulan sudah sang pemuda dan rekan-rekan senasibnya bekerja memecah batu di pebukitan itu. Seperti dijanjikan sebelumnya, akhir bulan pegawai Pedana Menteri datang dan mendapati belum seorang pun layak mendapatkan upah sebab pekerjaan mereka belum selesai. Namun ketika ia memperhatikan apa yang dilakukan pemuda perantau itu ia merasa tertarik. "Apa yang kau lakukan?" Tamya pejabat itu.
"Saya sedang membebaskan bidadari cantik dari dalam bongkahan batu ini."
"Hah, apa maksudmu?" Tanya pejabat itu lagi.
"Tuan, saya datang dari tempat yang jauh ke negeri ini untuk mewujudkan impian-impian besar saya. Saya tidak bercita-cita menjadi buruh kasar tapi saya sangat menghargai dan bersyukur mendapatkan pekerjaan ini, makan sehari tiga kali dan tempat bernaung. Jadi sejak hari pertama saya bekerja dengan hati gembira dan penuh syukur. Ketika saya bermaksud menghancurkan batu ini menjadi batu-batu kecil, tiba-tiba saya melihat bayangan bidadari cantik, saya memperoleh inspirasi untuk memahat sebuah patung yang indah sebagai tanda terima kasih kepada Perdana Menteri."
Pegawai istana Perdana Menteri sangat terkesan, demikian pula halnya Perdana Menteri sendiri ketika mendengar laporannya.
Sementara itu si pemuda perantau terus memahat dan mengukir. Serpihan-serpihan batu kecil-kecil diberikannya kepada seorang pemecah batu yang sudah tua dan bekerja sangat lambat. Sebulan kemudian ketika pegawai istana Perdana Menteri kembali lagi untuk memeriksa hasil pekerjaan para pemecah batu, ia siap menyerahkan patung bidadari yang sangat indah. Ia tidak saja menerima pembayaran 10 tael seperti dijanjikan, ia juga mendapatkan pekerjaan sebagai pemahat di istana raja negeri itu. Ia memahat patung orang-orang penting dan merekruit banyak murid. Tentu saja ia menjadi terkenal dan kaya raya.

Dan di puncak kesuksesannya, iika ada orang meminta nasihat atau menanyakan rahasia suksesnya, ia selalu menjawab dengan senyum. "Lakukan pekerjaanmu dengan sepenuh hati. Tidak ada pekerjaan yang kurang penting selama kau bisa melakukannya dengan hati riang dan selalu bersyukur. Aku tidak pernah bermimpi menjadi pemecah batu, apalagi untuk seumur hidup, tapi karena hatiku gembira dan aku ingin memberikan yang terbaik, maka aku menemukan inspirasi dan aku ingin sekali menciptakan sesuatu yang hebat dari sebongkah batu dengan sepasang tanganku, itulah awal suksesku."

Nah, teman-teman pembaca, jika kita mau sukses besar jangan pernah meremehkan pekerjaan kita saat ini. Kalau Anda seorang penyapu jalan, jadilah yang terbaik sejagat, demikian kata Martin Luther King. Pejuang persamaan hak asasi manusia dari Amerika Serikat.
Membiasakan melakukan tugas kita sebaik-baiknya, memberikan yang terbaik, cepat atau lambat, pasti kita akan mendapatkan inspirasi menggolkan impian besar kita. Percaya?
 

Kamis, 18 Oktober 2012

Kisah Seorang Pemuda di Gerbong Kereta

Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu takjub melihat pemandangan sekitarnya. Ia berteriak dan berkata kepada ayahnya dengan girang:
”Ayah, coba lihat pohon-pohon itu! Mereka berjalan menyusul kita!”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya itu.
Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih. Kereta terus berlalu. Tidak lama pemuda itu kembali berteriak,
“Ayah, lihat itu, itu awan kan? Lihat, mereka ikut berjalan bersama kita juga!”
Ayahnya tersenyum menunjukkan kebahagiaannya.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri lagi. Mereka akhirnya berkata kepada ayah pemuda itu,
“Kenapa anda tidak membawa anak anda ke dokter jiwa?
Ayah pemuda itu sejenak terdiam. Ia lalu menjawab,
“Kami baru saja kembali dari rumah sakit. Anakku ini menderita kebutaan sejak lahir. Ia baru saja berhasil menjalani operasi mata dan hari ini adalah hari pertama ia bisa melihat dunia dengan matanya sendiri.”
Pasangan suami-istri itu pun terdiam seribu bahasa.
# Apakah saat membaca kisah ini anda juga berpikiran spt suami-istri ini?
#Setiap orang mempunyai cerita hidup masing-masing. Oleh karena itu, jangan memvonis seseorang dengan apa yg anda lihat saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan tercengang. Maka kita PERLU BERPIKIR SEBELUM BERBICARA..

Sabtu, 23 Juni 2012

6 Nasehat Bijak Konglomerat Teknologi


Tentu saja para konglomerat teknologi tersebut mempunyai banyak ilmu untuk dibagikan. Kata-kata mereka pun seringkali sangat inspiratif.

Berikut beberapa nasehat bijak dari para konglomerat teknologi dunia yang mungkin patut direnungkan, seperti dikutip detikINET dari Business Insider, Jumat (22/6/2012). 
 
 

Steve Jobs - Pendiri Apple

Mengingat bahwa aku akan segera mati adalah alat paling penting yang pernah kutemui untuk membantuku membuat pilihan besar dalam hidup. Karena hampir semua hal, semua harapan dari orang lain, semua kebanggaan, semua ketakutan malu atau gagal, hal-hal tersebut tidak ada artinya di hadapan kematian.

Mengingat kamu akan mati adalah cara terbaik yang kuketahui untuk menghindari jebakan pikiran bahwa kamu mempunyai sesuatu. Kamu sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti hatimu.

Waktumu terbatas, jangan sia-siakan untuk menjalani kehidupan orang lain. Jangan terjebak pada dogma, yang adalah hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan opini orang lain menenggelamkan suara di dalam kamu. Yang paling penting, beranilah mengikuti hati dan intuisimu yang entah bagaimana sudah tahu sesungguhnya kamu ingin menjadi apa. Stay hungry. Stay foolish.

Jeff Bezos - CEO Amazon

Mereka yang sukses berfokus pada apa yang mereka cintai. Pada masa perebutan ladang emas internet di tahun 1999, aku melihat beberapa orang yang tidak punya ketertarikan nyata pada internet, teknologi atau komputer duduk dan mulai mencari kekayaan dari internet. Hal itu sangatlah sulit.

Berbahaya terjun ke arena dan melawan mereka yang punya lebih banyak gairah dibandingkan Anda. Kabar baiknya adalah, jika kita mendengarkan diri sendiri, kita sudah tahu apakah passion kita. Hati kita adalah pemandunya.



Bill Gates - Pendiri Microsoft

Pencapaian terbesar manusia bukanlah dari penemuan mereka, namun bagaimana penemuan tersebut diaplikasikan untuk mengurangi ketidakadilan. Apakah dengan demokrasi, pendidikan publik yang yang kuat, fasilitas kesehatan berkualitas, ataupun kesempatan ekonomi yang luas, mengurangi ketidakadilan adalah pencapaian terbesar umat manusia.

Dalam tahun-tahun Anda, saya berharap Anda punya kesempatan untuk bepikir tentang bagaimana - dalam masa teknologi maju seperti sekarang ini - akhirnya kita bisa mengalahkan ketidakadilan itu dan kita bisa menyelesaikannya.



Larry Page - Pendiri Google

Beberapa dari kita cukup beruntung bisa berada di sini dengan keluarga. Beberapa dari kita punya teman-teman kesayangan dan keluarga di mana kita bisa pulang. Dan siapa tahu, beberapa dari kalian, seperti Lucy (istrinya-red) dan aku, sedang bermimpi ingin membangun keluarga sendiri di masa depan. Tolong tetaplah dekat dengan mereka dan ingatlah, mereka adalah yang benar-benar berarti dalam hidup ini.





Eric Schmidt - Chairman Google

Tujuan kami di sini adalah untuk membuat Anda terpaku di depan komputer. Namun ketahuilah kapan waktunya untuk berhenti. Tidak mungkin untuk menghabiskan seluruh hidup Anda di depan komputer. Kehidupan adalah orang-orang yang ada di sekitar Anda.

Tool tersebut (komputer) sangatlah powerful. Gunakanlah itu. Kemudian matikan dan berbicaralah dengan manusia.




Larry Ellison - CEO Oracle

Aspek paling penting dalam kepribadianku adalah mempertanyakan kebijaksanaan konvensional, meragukan para pakar dan mempertanyakan otoritas. Meskipun hal itu bisa membuat hubungan Anda dengan keluarga dan guru menjadi sulit, hal itu sungguh sangat berguna dalam kehidupan.

Terkadang menjauh dari kantor pusat dan punya sedikit waktu untuk berefleksi membuat Anda menemukan kesalahan dalam strategi Anda. Anda harus memikirkan ulang berbagai hal. Terkadang, hal itu membantuku memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan.



sumber : http://inet.detik.com/read/2012/06/22/125413/1948170/398/0/6-nasehat-bijak-konglomerat-teknologi

Jumat, 22 Juni 2012

Legenda Pesut Mahakam

lumba-lumba air tawarDi Kalimanatan Timur terdapat sebuah yang terkenal yaitu Mahakam. Di tersebut terdapat ikan yang sangat khas bentuknya yaitu Pesut Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) adalah lumba-lumba air tawar Indonesia. Tubuh tegap, sirip punggung kecil & segitiga serta kepala bulat/tumpul dgn mata yg kecil. Tergolong lumba-lumba kecil, dgn panjang dewasa 2,0 – 2,75 m, bayi pesut 1,0 m. Pesut tdk terlalu aktif, terkadang melompat rendah). Sebenarnya pesut bukanlah ikan tetapi mamalia air sebagaimana Lumba-lumba dan Paus. Menurut penduduk sekitar tersebut Pesut bukanlah sembarang ikan tetapi adalah jelmaan manusia.

Ceritanya pada jaman dahulu kala di rantau Mahakam, terdapat sebuah dusun yang didiami oleh beberapa keluarga. Mata pencaharian mereka kebanyakan adalah sebagai petani maupun nelayan. Setiap tahun setelah musim panen, penduduk dusun tersebut biasanya mengadakan pesta adat yang diisi dengan beraneka macam pertunjukan ketangkasan dan kesenian.

Ditengah masyarakat yang tinggal di dusun tersebut, terdapat suatu keluarga yang hidup rukun dan damai dalam sebuah pondok yang sederhana. Mereka terdiri dari sepasang suami-istri dan dua orang putra dan putri. Kebutuhan hidup mereka tidak terlalu sukar untuk dipenuhi karena mereka memiliki kebun yang ditanami berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Begitu pula segala macam kesulitan dapat diatasi dengan cara yang bijaksana, sehingga mereka hidup dengan bahagia selama bertahun-tahun.

Pada suatu ketika, sang ibu terserang oleh suatu penyakit. Walau telah diobati oleh beberapa orang tabib, namun sakit sang ibu tak kunjung sembuh pula hingga akhirnya ia meninggal dunia. Sepeninggal sang ibu, kehidupan keluarga ini mulai tak terurus lagi. Mereka larut dalam kesedihan yang mendalam karena kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Sang ayah menjadi pendiam dan pemurung, sementara kedua anaknya selalu diliputi rasa bingung, tak tahu apa yang mesti dilakukan. Keadaan rumah dan kebun mereka kini sudah tak terawat lagi. Beberapa sesepuh desa telah mencoba menasehati sang ayah agar tidak larut dalam kesedihan, namun nasehat-nasehat mereka tak dapat memberikan perubahan padanya. Keadaan ini berlangsung cukup lama.

Suatu hari di dusun tersebut kembali diadakan pesta adat panen. Berbagai pertunjukan dan hiburan kembali digelar. Dalam suatu pertunjukan ketangkasan, terdapatlah seorang gadis yang cantik dan mempesona sehingga selalu mendapat sambutan pemuda-pemuda dusun tersebut bila ia beraksi. Mendengar berita yang demikian itu, tergugah juga hati sang ayah untuk turut menyaksikan bagaimana kehebatan pertunjukan yang begitu dipuji-puji penduduk dusun hingga banyak pemuda yang tergila-gila dibuatnya.

Malam itu adalah malam ketujuh dari acara keramaian yang dilangsungkan. Perlahan-lahan sang ayah berjalan mendekati tempat pertunjukan dimana gadis itu akan bermain. Sengaja ia berdiri di depan agar dapat dengan jelas menyaksikan permainan serta wajah sang gadis. Akhirnya pertunjukan pun dimulai. Berbeda dengan penonton lainnya, sang ayah tidak banyak tertawa geli atau memuji-muji penampilan sang gadis. Walau demikian sekali-sekali ada juga sang ayah tersenyum kecil. Sang gadis melemparkan senyum manisnya kepada para penonton yang memujinya maupun yang menggodanya. Suatu saat, akhirnya bertemu jua pandangan antara si gadis dan sang ayah tadi. Kejadian ini berulang beberapa kali, dan tidak lah diperkirakan sama sekali kiranya bahwa terjalin rasa cinta antara sang gadis dengan sang ayah dari dua orang anak tersebut.

Demikianlah keadaannya, atas persetujuan kedua belah pihak dan restu dari para sesepuh maka dilangsungkanlah pernikahan antara mereka setelah pesta adat di dusun tersebut usai. Dan berakhir pula lah kemuraman keluarga tersebut, kini mulailah mereka menyusun hidup baru. Mereka mulai mengerjakan kegiatan-kegiatan yang dahulunya tidak mereka usahakan lagi. Sang ayah kembali rajin berladang dengan dibantu kedua anaknya, sementara sang ibu tiri tinggal di rumah menyiapkan makanan bagi mereka sekeluarga. Begitulah seterusnya sampai berbulan-bulan lamanya hingga kehidupan mereka cerah kembali.

Dalam keadaan yang demikian, tidak lah diduga sama sekali ternyata sang ibu baru tersebut lama kelamaan memiliki sifat yang kurang baik terhadap kedua anak tirinya. Kedua anak itu baru diberi makan setelah ada sisa makanan dari ayahnya. Sang ayah hanya dapat memaklumi perbuatan istrinya itu, tak dapat berbuat apa-apa karena dia sangat mencintainya. Akhirnya, seluruh rumah tangga diatur dan berada ditangan sang istri muda yang serakah tersebut. Kedua orang anak tirinya disuruh bekerja keras setiap hari tanpa mengenal lelah dan bahkan disuruh mengerjakan hal-hal yang diluar kemampuan mereka.

Pada suatu ketika, sang ibu tiri telah membuat suatu rencana jahat. Ia menyuruh kedua anak tirinya untuk mencari kayu bakar di hutan.
“Kalian berdua hari ini harus mencari kayu bakar lagi!” perintah sang ibu, “Jumlahnya harus tiga kali lebih banyak dari yang kalian peroleh kemarin. Dan ingat! Jangan pulang sebelum kayunya banyak dikumpulkan. Mengerti?!”
“Tapi, Bu…” jawab anak lelakinya, “Untuk apa kayu sebanyak itu…? Kayu yang ada saja masih cukup banyak. Nanti kalau sudah hampir habis, barulah kami mencarinya lagi…”
“Apa?! Kalian sudah berani membantah ya?! Nanti kulaporkan ke ayahmu bahwa kalian pemalas! Ayo, berangkat sekarang juga!!” kata si ibu tiri dengan marahnya.
Anak tirinya yang perempuan kemudian menarik tangan kakaknya untuk segera pergi. Ia tahu bahwa ayahnya telah dipengaruhi sang ibu tiri, jadi sia-sia saja untuk membantah karena tetap akan dipersalahkan jua. Setelah membawa beberapa perlengkapan, berangkatlah mereka menuju hutan. Hingga senja menjelang, kayu yang dikumpulkan belum mencukupi seperti yang diminta ibu tiri mereka. Terpaksa lah mereka harus bermalam di hutan dalam sebuah bekas pondok seseorang agar dapat meneruskan pekerjaan mereka esok harinya. Hampir tengah malam barulah mereka dapat terlelap walau rasa lapar masih membelit perut mereka.
Esok paginya, mereka pun mulai mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya. Menjelang tengah hari, rasa lapar pun tak tertahankan lagi, akhirnya mereka tergeletak di tanah selama beberapa saat. Dan tanpa mereka ketahui, seorang kakek tua datang menghampiri mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini, anak-anak?!” tanya kakek itu kepada mereka. Kedua anak yang malang tersebut lalu menceritakan semuanya, termasuk tingkah ibu tiri mereka dan keadaan mereka yang belum makan nasi sejak kemarin hingga rasanya tak sanggup lagi untuk meneruskan pekerjaan.
“Kalau begitu…, pergilah kalian ke arah sana.” kata si kakek sambil menunjuk ke arah rimbunan belukar, “Disitu banyak terdapat pohon buah-buahan. Makanlah sepuas-puasnya sampai kenyang. Tapi ingat, janganlah dicari lagi esok harinya karena akan sia-sia saja. Pergilah sekarang juga!”
Sambil mengucapkan terima kasih, kedua kakak beradik tersebut bergegas menuju ke tempat yang dimaksud. Ternyata benar apa yang diucapkan kakek tadi, disana banyak terdapat beraneka macam pohon buah-buahan. Buah durian, nangka, cempedak, wanyi, mangga dan pepaya yang telah masak tampak berserakan di tanah. Buah-buahan lain seperti pisang, rambutan dan kelapa gading nampak bergantungan di pohonnya. Mereka kemudian memakan buah-buahan tersebut hingga kenyang dan badan terasa segar kembali. Setelah beristirahat beberapa saat, mereka dapat kembali melanjutkan pekerjaan mengumpulkan kayu hingga sesuai dengan yang diminta sang ibu tiri.

Menjelang sore, sedikit demi sedikit kayu yang jumlahnya banyak itu berhasil diangsur semuanya ke rumah. Mereka kemudian menyusun kayu-kayu tersebut tanpa memperhatikan keadaan rumah. Setelah tuntas, barulah mereka naik ke rumah untuk melapor kepada sang ibu tiri, namun alangkah terkejutnya mereka ketika melihat isi rumah yang telah kosong melompong.

Ternyata ayah dan ibu tiri mereka telah pergi meninggalkan rumah itu. Seluruh harta benda didalam rumah tersebut telah habis dibawa serta, ini berarti mereka pergi dan tak akan kembali lagi ke rumah itu. Kedua kakak beradik yang malang itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Mendengar tangisan keduanya, berdatanganlah tetangga sekitarnya untuk mengetahui apa gerangan yang terjadi. Mereka terkejut setelah mengetahui bahwa kedua ayah dan ibu tiri anak-anak tersebut telah pindah secara diam-diam.

Esok harinya, kedua anak tersebut bersikeras untuk mencari orangtuanya. Mereka memberitahukan rencana tersebut kepada tetangga terdekat. Beberapa tetangga yang iba kemudian menukar kayu bakar dengan bekal bahan makanan bagi perjalanan kedua anak itu. Menjelang tengah hari, berangkatlah keduanya mencari ayah dan ibu tiri mereka.

Telah dua hari mereka berjalan namun orangtua mereka belum juga dijumpai, sementara perbekalan makanan sudah habis. Pada hari yang ketiga, sampailah mereka di suatu daerah yang berbukit dan tampaklah oleh mereka asap api mengepul di kejauhan. Mereka segera menuju ke arah tempat itu sekedar bertanya kepada penghuninya barangkali mengetahui atau melihat kedua orangtua mereka.

Mereka akhirnya menjumpai sebuah pondok yang sudah reot. Tampak seorang kakek tua sedang duduk-duduk didepan pondok tersebut. Kedua kakak beradik itu lalu memberi hormat kepada sang kakek tua dan memberi salam.
“Dari mana kalian ini? Apa maksud kalian hingga datang ke tempat saya yang jauh terpencil ini?” tanya sang kakek sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Maaf, Tok.” kata si anak lelaki, “Kami ini sedang mencari kedua urangtua kami. Apakah Datok pernah melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masih muda lewat disini?”
Sang kakek terdiam sebentar sambil mengernyitkan keningnya, tampaknya ia sedang berusaha keras untuk mengingat-ingat sesuatu.
“Hmmm…, beberapa hari yang lalu memang ada sepasang suami-istri yang datang kesini.” kata si kakek kemudian, “Mereka banyak sekali membawa barang. Apakah mereka itu yang kalian cari?”
“Tak salah lagi, Tok.” kata anak lelaki itu dengan gembira, “Mereka pasti urangtuha kami! Ke arah mana mereka pergi, Tok?”
“Waktu itu mereka meminjam perahuku untuk menyeberangi sungai. Mereka bilang, mereka ingin menetap diseberang sana dan hendak membuat sebuah pondok dan perkebunan baru. Cobalah kalian cari di seberang sana.”
“Terima kasih, Tok…” kata si anak sulung tersebut, “Tapi…, bisakah Datok mengantarkan kami ke seberang sungai?”
“Datok ni dah tuha… mana kuat lagi untuk mendayung perahu!” kata si kakek sambil terkekeh, “Kalau kalian ingin menyusul mereka, pakai sajalah perahuku yang ada ditepi sungai itu.”

Kakak beradik itu pun memberanikan diri untuk membawa perahu si kakek. Mereka berjanji akan mengembalikan perahu tersebut jika telah berhasil menemukan kedua orangtua mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka lalu menaiki perahu dan mendayungnya menuju ke seberang. Keduanya lupa akan rasa lapar yang membelit perut mereka karena rasa gembira setelah mengetahui keberadaan orangtua mereka. Akhirnya mereka sampai di seberang dan menambatkan perahu tersebut dalam sebuah anak sungai. Setelah dua hari lamanya berjalan dengan perut kosong, barulah mereka menemui ujung sebuah dusun yang jarang sekali penduduknya.

Tampaklah oleh mereka sebuah pondok yang kelihatannya baru dibangun. Perlahan-lahan mereka mendekati pondok itu. Dengan perasaan cemas dan ragu si kakak menaiki tangga dan memanggil-manggil penghuninya, sementara si adik berjalan mengitari pondok hingga ia menemukan jemuran pakaian yang ada di belakang pondok. Ia pun teringat pada baju ayahnya yang pernah dijahitnya karena sobek terkait duri, setelah didekatinya maka yakinlah ia bahwa itu memang baju ayahnya. Segera ia berlari menghampiri kakaknya sambil menunjukkan baju sang ayah yang ditemukannya di belakang. Tanpa pikir panjang lagi mereka pun memasuki pondok dan ternyata pondok tersebut memang berisi barang-barang milik ayah mereka.

Rupanya orangtua mereka terburu-buru pergi, sehingga di dapur masih ada periuk yang diletakkan diatas api yang masih menyala. Di dalam periuk tersebut ada nasi yang telah menjadi bubur. Karena lapar, si kakak akhirnya melahap nasi bubur yang masih panas tersebut sepuas-puasnya. Adiknya yang baru menyusul ke dapur menjadi terkejut melihat apa yang sedang dikerjakan kakaknya, segera ia menyambar periuk yang isinya tinggal sedikit itu. Karena takut tidak kebagian, ia langsung melahap nasi bubur tersebut sekaligus dengan periuknya.

Karena bubur yang dimakan tersebut masih panas maka suhu badan mereka pun menjadi naik tak terhingga. Dalam keadaan tak karuan demikian, keduanya berlari kesana kemari hendak mencari sungai. Setiap pohon pisang yang mereka temui di kiri-kanan jalan menuju sungai, secara bergantian mereka peluk sehingga pohon pisang tersebut menjadi layu. Begitu mereka tiba di tepi sungai, segeralah mereka terjun ke dalamnya. Hampir bersamaan dengan itu, penghuni pondok yang memang benar adalah orangtua kedua anak yang malang itu terheran-heran ketika melihat banyak pohon pisang di sekitar pondok mereka menjadi layu dan hangus.

Namun mereka sangat terkejut ketika masuk kedalam pondok dan mejumpai sebuah bungkusan dan dua buah mandau kepunyaan kedua anaknya. Sang istri terus memeriksa isi pondok hingga ke dapur, dan dia tak menemukan lagi periuk yang tadi ditinggalkannya. Ia kemudian melaporkan hal itu kepada suaminya. Mereka kemudian bergegas turun dari pondok dan mengikuti jalan menuju sungai yang di kiri-kanannya banyak terdapat pohon pisang yang telah layu dan hangus.

Sesampainya di tepi sungai, terlihatlah oleh mereka dua makhluk yang bergerak kesana kemari didalam air sambil menyemburkan air dari kepalanya. Pikiran sang suami teringat pada rentetan kejadian yang mungkin sekali ada hubungannya dengan keluarga. Ia terperanjat karena tiba-tiba istrinya sudah tidak ada disampingnya. Rupanya ia menghilang secara gaib. Kini sadarlah sang suami bahwa istrinya bukanlah keturunan manusia biasa. Semenjak perkawinan mereka, sang istri memang tidak pernah mau menceritakan asal usulnya.

Tak lama berselang, penduduk desa datang berbondong-bondong ke tepi sungai untuk menyaksikan keanehan yang baru saja terjadi. Dua ekor ikan yang kepalanya mirip dengan kepala manusia sedang bergerak kesana kemari ditengah sungai sambil sekali-sekali muncul di permukaan dan menyemburkan air dari kepalanya. Masyarakat yang berada di tempat itu memperkirakan bahwa air semburan kedua makhluk tersebut panas sehingga dapat menyebabkan ikan-ikan kecil mati jika terkena semburannya.

Oleh masyarakat Kutai, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut atau Pesut. Sementara masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi.